Saturday, February 28, 2009

KANDAS di UJUNG KERAGUAN PENGUNGKAPAN

Angin berhembus segar, dedaunan berbisik olehnya. Bunga sepatu bermekaran, indah.
Riuh serentak bunyi sepatu langkah menuju kantin. Lalulalang siswa siswi seseklai bertanya tentang pelajaran pagi tadi karena mungkin terlambat masuk.
Hayo...!! lagi ngapain ketahuan sekarang, pantesan hari-hari ini seriang melamun,btw siapa sih yang sedang kamu lamunin....? Rini membuatku kaget saat aku duduk di depan kelas sendirian
“sudah.......nanti aku sampein perasaanmu ke dia aku tau kok tipe orang seperti kamu, malu kan mau ngungkapin isi hati, cie... cie.. isi hati bo....ledek Rini padaku
“enak aja, ngga' lagi.....”bantahku sambil merapikan rambut yang
tersibak angin.

Memang sih aku ada rasa sama dia, rasa yang tulus, sayang dan apalagi kalau sudah melihat perangainya yang lembut wajahnya yang selalu berseri dan akhlaknya yang mulia, tidak pernah marah dan apalagi bikin marah orang lain rasanya aku ingin sekali mendekatinya dan mengatakan “maukah kau menjadi permaisuriku?”

buat apa perasaan itu kamu pendam baiknya kan ungkapkan saja dari pada kamu nggak bisa tidur dan selalu terbayang-bayang sama bidadarimu itu.he he he....., Rini berusaha menasehatiku sambil meringis.

Teng....teng...teng.... “yan! Udah bel masuk, tiu bu Lifah sudah keluar dari kantor”, kata Rini.
Bahasa indonesia ya? Tanyaku pada Rini yang sedang menuju pintu kelas.

Suasana gerah dan panas namun penuh tawa canda teman-teman, hanya aku yang kelihatan kurang sumringah.
Khem..kehm.. hayo....ngliatin siapa ni....? Bakri yang kebetulan teman sebanguku dengan aku tahu kalau aku sedang curi-curi pandag sama si Hasna yang kebetulan dia duduk di samping kiriku yang berbatasan dengan bangku yang di duduki Ima dan Ana. Udah!.... baiknya kamu temuin aja dia kalo kamu ada rasa sama si dia,ada rasa nih rasa apa ya.....hik hik hik. Bakri pun kelihatanya meledek aku.

“Ngaco kamu hari gini mau main cinta-cintaan, satu bulan lagi ujian, Kri.” Bantahku

“ya sudah kalau begiru habis ujian, gimana?”
Desak Bakri supaya aku mengungkapkan apa yang mengganjal di hatiku selama ini.

…...Malam begitu cerah berselimutkan cahaya bulan nampak di jendela kamarku
dan di hiasi bintang bintang kecil yang bertaburan di langit, kupandangi bitang-bintang itu hanya satu bintang yang begitu membuatku terkagum, seakan berkedip padaku dan mengajakku tuk berimajinasai.
Ya Alloh...pengusasa hati para pecinta sang kekasih, taburkanlah beni-benih cinta di hatinya agar dia memahami maksud hatiku, aku sudah tak sanggup menahan semua ini. Maka dari itu berikan padaku pelajaran tentang sabar dalam cinta, sabar dalam menunggu benih-benih cintannya tumbuh hanya untukku

Dorr..!!!hayoo lagi mikirin apa nih? Adikku membuatku terbangun dalalm lamunanku saat aku sedang rebahan di tempat tidurku.
“Lain kali permisi duli kek, paling tidak salam gitu kalau masuk ke kamar orang lain”, benatakku pada Wati, adikku.
“Ya ya maafin Wati kak!! lagian pintunuya nggak di tutup”, Wasi masih tetap membela dirinya.
“ya kakak maafin”

kakak nggak belajarm bentar lagi kan mau ujian? Wati berlaga menasehati ku
“ni kakak sedang belajar”, jawabku.
“Belajar kok melamun” cibir Wati
apa ada masalah, kak? Atau lagi mikirin.......?
ekhm,..si dia....? tanya wati, sambil senyum kecut.

“Si dia siapa? “Jawabku pura pura tidak tahu .

“Nggak usah pura pura lah, kak. Wati udah tahu kok siapa yang ada di fikiran kakak sekarangh, he..he..he..he”

“tadi mbak rini kan telphon Wati, dia cerita tentang kejadian di sekolah tadi, hik.. hik.. hik..”

“nyengir lagi! Memang ada yang lucu?” Tanggapanku pada cerita wati yang duduk di tempat tidur ku
“nggak ada yang lucu sih...... cuman aseh aja”
“ternyata kakak bisa juga jatuh......he he he”

“jatuh apa?” sahutku.

“Enak aja kakak juga manusia yang punya rasa, rasa cinta dan suka pada lawan jenis, normal kan,? tapi tuk saat ini kakak belum bisa ngungkapinnya pada dia, kakak nggak tahu kenapa mulut ini sulit sekali untuk mengatakan CINTA” cutharku pada wati yang mungkin dia lebih tau apa arti sebuah cinta karena aku tahu dia sudah cukup dewasa .
Aku cukup dekat dengan adekku ini, dia sekarang duduk di kelas Satu Madrasah Aliyah.

“Kenapa sulit, Kan hanya ngucapin lima huruf dan tinggal di tambah aku dn kamu?”. Celetuk wati.

“Iya sih hanya 5 huruf tapi ini berat dan beban di kemudian hari ,bisa mengganggu belajar dan kadang ibdahpun bisa tidak khusyuk.
Dan masih seabrek persoalan lagi yuang akan tekena imbasnya dan harus di ingat, wat. Kakak nggak mau cinta pada perempuan hanya karena berlatar belakang kelamin dan mengandalankan nafsu bejat yang tak ada ujungnya kalau di turuti “.
“Ya sudah , sekarang tinggal bagaimana baiknya kakak menyikapinya saja. Setahu wati laki-laki itu harus jentel dan tegas untuk urusan yang satu ini. Biasanya cewek tu suka sama cowok yang tegas dan pemberani”
“Wat, tapi kan....sekitar satu bulan lagi kakak ujian akhir tahun, dan kakak nggak mau ganggu dia ,bisa- bisa nanti dia nggak lulus”. Kataku yang masih terlentang di tempat tidur.
“Ya duah, kalu gutu ungkaou aja sehabis ujian,
ya tahan dulu sebentar gitu aja kok repot.sahut Wati”

“sudah malam ini, kak . Wati mau bobok dulu kata wati sambil keluar kamar.”

Malam semakinlarut bulan yang masih menyisihkan cahayanya dan bintang masih setia menemaninya. Dan aku akhirnya memutuskan untuk melupakannya sejenak barang sebulan untuk konsentrasi pada pelajaran-pelajaran ku.
Singkat cerita, ujian pun di ambang pintu , perang melawan soal-soal pun semakin gendar dan aku terlelap dalam rumus pitagoras, geometri, dan masih seabrek rumus-rumus eksak yang lain.

ujain pun usai sudah soal demi soal ku babat habis, hatipuh ada rasa tidak enak kalau-kalu nanti tidak
gagal ujian.

Satu minggu kemudian aku menerima pengumuman tentang kelulusanku
aku terima amoplop berisi pengumuman dari wali kelasku, ku buka perlahan amplop itu, jantung bak drumb yang di tabuh, hati tersanyat saat detik-detik pembukaan amplop itu.
“BERHAIL” aku lihat tulisan tebal itu bertengger di kertas pengumuman itu.
Gembira bukan kepalang, aku lulus dalam ujian itu. Sujudpun terasa tak cukup untuk mensyukuri atas keberhasilan ini. Gemuruh temant-teman riang gembira tawa-janda bahagia plus haru menderu di ruangan perkumpulan.

“Gimana, kak ujiannya, sukseskan?” Tanya wati yang sedang duduk di teras

“al hamdulillah kakak lulus” jawabku bahagia. Tak bisa aku mengungkapkan kebahagiaanku in pada adikku.

“Ibu dimana, wat.?”
“Tu di dapur sedang masak.”

“Ibu....ibu...bu rian lulus, bu Rian lulus ujian. Ni kertas pengumumannya, bu.”
“Oh ya, pintar anak ibu” puji ibu padaku
“iya dong RiAn.....” jawabku bangga.

Tapi ingat pesan almarhum bapakmu, jangan telalu bangga atas keberhasilan dan jangan telalu sedih atas kegagalanmu, semua itu adalah ujian. Keberhasilankmu sekarang merupakan amanat supaya kamu tetap semangat dalam mencri ilmu. Dan seandainya kamu gagal itu merupakan ujian buat kamu. Apakah kamu kuat mengahadapi ketidak lulusanmu. banyak anak yang frustasi dan stres hingga akhirnya anak itu mengkonsumsi obat-obat terlarang dan minum-minuman keras karena gagal dalam ujian, itu artinya anak itu sudah gagal dua kali. Gagal menghadapi cobaan dan gagal Ujian di sekolahnya. Dan kamu, rian, harus bisa menilai, Bahwa anak yang lulus dalam ujiannya belum tentu dia anak yang pandai dan cerdas, kadang anak yang cerdas dan pandai malahan tidak lulus dalam ujian di sekolah, karena kepandaian seorang murid itu tidak bisa hanya di ukur dengan kelulusnya dalam ujian sekolah.
“Iya bu, Rian akan selalu ingat nasehat itu”. Jawabku.
“Sudah, mandi dulu sana, nanti baru makan”


….....“Rian, bagaimana rencana mu kuluah di jogja?” Tanya ibu saat makan malam.
“di jogja?” sahut wati pembicaraan ibu.
“Wati, ibu ngga tanya kamu, tapi ibu tanya kakakmu, Rian”
ya bu' maafin Wati.
“Memangnya kenapa kalau kakak ambil kuluah di jogja?” Tanyaku pada Wati.
“heran aja, memangnya di jakarta sendiri nggak ada kampus apa?” Jawab Wati.
​”cari-cari pengalaman kan boleh jadi apa salahnya seandainya kakakmu kulah di kota gudeg itu, kan sesekali Rian bisa bawain ibu Gudeg Jogja buat ibu”. Canda ibu sambil mengelap tangannya dengan tisu karena sudah selesai makan.

“Ah, ibu itu bisa aja” jawabku.
“Tuh kan, wat. ibu aja nggak keberatan kok kalau aku kuliah di Jogja, jadi kenapa kamu yangkeberatan”
bantahku pada Wati

“Sudah.. sudah..kaliah malah bertengkar!” Kata ibu sambil menuju teras .
kak, mbak Hasna mau kuliah di mana ya? Celtuk Wati sabil membereskan sisa-sisa makanan.
“Mana kakak tahu, ketemu aja sudak nggak pernah kok.” kataku
“memangnya kakak sendiri belum ketemu? Gimana sih! Apa kakak malu ketemu sama mbak , ah kakak ini cemen nggak jentel, gitu”
“bukan kakak nggak berani atau malu, Wat. Tapi kakak belum ada kesempatan yang bagus waktu itu buat ketemu sama mbak Hasna, lagian kan waktu itu lagi hari ujian.”
payah kakak ini! Kata Wati sambil membawa piring ke dapur untuk di cuci.
“itu terserah kakak dong!? Sudah, kalau mau nyuci piring cuci piring aja nggak usah ikut campur urusan ornag lain”.

Singkat cerita,
Hasna yang selama ini ada dalam impianku ternyata jatuh ke tangan orang lain,
bak buah yang ranum yang siap aku petik kini dia menjadi milik orang lain.
Sakit rasanya hati ini namun aku hanya bisa berpasrah atas ketidakmampuan pengungkapanku padanya, sebenarnya cinta tidak akan sirna karena hanya sebatas tidak kemampuan pengungkapan, cinta akan tetap membekas di dalam hati. Cinta itu bisu. namun dia membara di dalam hati.

1 comment:

Mas Niam said...

kok disingkat cerita, jadi ngeloncat banget.. hehehe

nice writing, sob!!

Sign by Dealighted - Coupons and Deals