Monday, March 16, 2009

Keseriusan Berbuah Kepuasan

Siang yang panas. Raja siang menampakkan keperkasaannya, panas Bara api membakar. Semakin bergejolaklah ambisi para penuntut ilmu. Angin kencang menghembus di sela-sela serambi masjid, berbisik lembaran-lembaran mushaf para hamba-Nya. Duduk di beranda masjid seorang mahasiswa Al-azhar sambil memandangi menara masjid yangmenjulang tinggi.

Dengan kaos oblong dan tas hitamnya ia letakkan di sampingnya.
tatapan matanya yang tajam ke arah menara , nampak dia merenungkan sesuatau atau dia sedang memikirkan sesuatu, gelisah dan sesekali dia menghimpit lututnya dengan kedua tangannya.
Rasa penasaranku tak bisa ku bendung untuk mendekatinya.

“maaf, dek... Jam berapa sekarang ya?” tanyaku basa basi.

Dia hanya memperlihatkan seiko yang ada di tangannya, ku lihat kira-kira jam sebelas siang menjelang Sholat Dzuhur.
Ku ambil mushaf di saku, lalu ku buka kemudian ku baca di sampingnya, siri.
Dia masih duduk dengan paha yang di apit kedua tangnnya.
Matanya benar-benar membendung sesuatu, seakan bendungan itu jebol sebentar lagi.
Pikirannya kalut, kurasa begitu.
Aku masih melantunkan bacaanku dengan suara siri. Ku dengar isak tangisnya,
“oh, dia menangis” pikirku.

Seperempat jam sudah dia berada dalam linangan airmata. Semakin tidak tega aku melihatnya .

“Kok nangis, dek. Ada apa?”

tanyaku padanya yang masih duduk seperti biasa.
Dia tetap menangis dan tak menjawab pertanyaanku. “Boleh aku tahu nama adek?” . “Irfan”. Jawabnya singakat.
“Irfan, mungkin aku bisa bantu kamu, tapi sebenarnya ada apa denagan kamu kok nangis. Pasti ada masalah atau musibah yang menimpa dirimu?” tanyaku padanya.

ALLAHUAKBAR....ALLAHUAKBAR......

Saura Muadzin menggema, memantul dinding-dinding berukirkan simbol-simbol Yahudi-Israel itu. mengitari gang-gang masjid, menysup selala-sela jendela masjid berukirakan bintang David. Adzan dzuhur berkumandang waktu sholat tiba. Irfan belum menjawab pertanyaanku.
Dia masih menangis
“dek, sudah adzan lo, lebih baik kamu ambil air wudhlu kemudian kita sholat di dalam, setelah itu kamu ceritakan ada apa sebenarnya dengan kamu”.

Kataku sambil bangkit dari sampingnya.
Dia pun bangkit sambil mengusap air matanya

“oke, kita ke tempat wudhlu” kataku.


Maha Besar Alloh yang telah mengadakan air sesegar ini. Dahaga di sembuhkan, kerontang terbasahi, panas yang menjalar ke seluruh tubuh terealisir sudah.
Suara Iqomah menggema, terdengar dari tempat wudhlu, pertanda kewajiban menjalankan sholat akan segera di tunaikan.

….........”Kenalkan nama saya zaki Ulil Azmi dari kediri. Biasa teman-temanku panggil aku dengan sebutan, jeki” . kataku pada irfan. Sambil berjabat tangan dengannya.

“fan, kok kelihatannya sedang ada masalah , boleh aku tahu masalamu?”

“ya boleh, aku hanya sedih aja saat melihat hasil ujianku, aku gagal untk tahun ini.” katanya.

“oo... itu to masalahnya, “kamu tingkat pertamaya?”

“iya” jawab Irfan.

“Aku sedih kalau ingat usahaku mati matian dalam belajar” ,kata irfan.

Irfan mulia cerita; Berangkat kuliah dari rumah pagi-pagi, pulang sore sekitar habis ashar, sehabis itu aku tidak langusung pulang kerumah , tapi aku tinggal di masjid dulu untuk menghafal Qur'an sambil menunggu waktu maghrib tiba, dan setelah maghrib aku mengikuti bimbingan belajar di kekeluargaan. Dan aku sadar memang Bahasa Arabku lemah, aku sulit untuk memahami buku-buku diktat kuliahku. Padahal aku sudah berjanji pada orangtuaku, bahwa aku setelah di mesir nanti akan berusaha mendapatkan nilai yang bagus supaya mudah untuk mendapatkan minhah, beasiswa.
Bapakku hanyalah seorang petani yang penghasilannya pas-pasan untuk kehidupan keluargaku sehari hari. Ibuku berjualan di pasar . Untuk tambahan supaya dapur tetap mengepul. Satu tahun ini memang aku di kirim uang dari rumah, itu pun tabungan bapakku untuk biaya hidupku selama satu tahun saja. Yang itu memang sudah di persiapakan sebelum keberangkatanku.
Tapi untuk tahun berikutnya aku harus sudah tidak mengandalkan kiriman dari rumah lagi.

Mendengarkan cerita irfan aku hanya mengangguk-anggukkan kepala saja, sebab hal semacam itu kelihatannya sudah biasa terjadi.

“kalau begitu kenapa kamu tetap nekat berangkat ke mesir sedang orang tuamu tidak mampu membiayai kehidupanmu selama di mesir.?” Tanyaku padanya.

“Itulah salahku, aku tidak ada ganbaran tentang mesir , yang aku tahu mesir hanya sebuah negara yang banyak muslimnya yang dan taat beribadah.” timpalnya.

“ Dan aku pernah dapat cerita dari pak Bondan, alumni Al-azhar juga. Katanya; kalau soal biaya kuliah sendiri gratis dan kita hanya memerlukan biaya untuk hidup di sana saja tapi jangan khawatir dengan biaya hidup di sana, banyak lembaga-lembaga penyalur bantuan bagi siapa saja yang najah. apa lagi kalau dalam ujiannya itu dapa predikat jayyid, atau jayyid jiddan, sangat mudah untuk mengajukan beasiswa, apalagi dengan predikat mumtaz.”
. cerita irfan apa yang pernah di ceritakan pak Bondan.

“Cerita pak bondan itu membuatku lebih optimis untuk kuluah di mesir”. Imbuhnnya

“oo... jadi begitu, fan. Kamu lulusan pondok kan?”
“ya aku lulusan pondok yang sudah mu'addalah [sudah di setarakan]” kata irfan.

“Asal tahu saja ya, fan. Memang kamu lulusan pondok yang sudah mu'addalah, dan itu salah satu syarat yang harus di penuhi, memang. Dan yang penting lagi adalah; kamu sendiri sudah mu'addalah dengan bahasa arab belum?. Dan menurutku itulah yang paling penting. Sedangkan kamu sendiri lemah dalam Bahasa Arab.” kataku pada irfan. Irfan hanya diam seribu bahasa.

…...”O iya, fan. Ngomng-ngomong kamu berapa pelajaran yang kamu tinggal?”. Tanyaku pada irfan. “enam pelajaran semuanya termin dua”. Jawabnya.

“O..jadi nanti kamu termin satu nganggur dong?”

“Iya” jawabnya pelan.

“Kalau begitu gunakan waktu senggangmu itu untuk memeperdalam Bahasa Arabmu.
Kalau kamu mau, tiap habis ashar datang saja kerumahku , nanti kita belajar bahasa arab" .
Saranku.

“Jadi nanti Mas Zakai sendiri yang akan membimbingku?, nanti apa tidak merepotkan, Mas Zaki?"
Tanyanya.

“Nggak..... aku nggak membimbing kamu tapi kita belajar berasama-sama , saling memberi masukan, gitu.” Jawabku.
“Ah, mas zaki ini merendah”. Timpalnya.

Ya insya Alloh aku akan datang ke rumah mas zaki sehabis ashar.

“Ngomong-ngomong, mas Zaki sudah tingkat berapa?”

“Alhamdulillah aku sudah selesai S1 dan sekarang aku sedang dalam proses menulis tesis”. Jawabku.

“Wah hebat dong! Mas Zaki, bisa melanjutkan S2 di sini” sanjung irfan padaku.

“Semua itu proses, fan. Aku dulu juga pernah gagal di tahun pertama dan merasakan seperti kamu juga . Dan aku tidak pantang menyerah terus belajar dan belajar , dan tetap mendalami bahasa arabku yang amburadul.
Mungkin di bandingkan dengan kamu, masih lumayan kamu kok”


Angin mengembus sepoi-sepoi, menyibakkan rambut Irfan yang belah tengah itu. Sesekali dia merapikan rambutnya dengan tangannya.

“Sudah, fan. Jangan terlalu di fikirkan, Insya Alloh apa yang menimpa pada diri kamu saat ini ada manfaatnya di kemudian hari", kataku pada irfan.

“Amien” timpal irfan lirih.

“O iya, mas. Boleh aku minta nomer HP mas zaki?” tanya irfan.
“Boleh saja , fan”.
Di keluarkannya Nokia dari saku celananya.

“Sebutin nomrny, mas!.”
“0166797390” jawabku.
“syukron ya, mas”.
“sama-sama, fan”
“aku pergi dulu ya?, ada acara di kekeluargaan , kapan-kapan datang aja ke rumah ku ba'da Ashar. Tapi sebelumnya telpon dulu ya.."
“ya, mas. insya Alloh”

“sudah ya sampai bertemu lagi”

“Asslamu'alaikum....”
“Alaik salam, mas zaki...”

Selang Berapa minggu kemudian Irfan menelponku
dia berminat untuk belajar Bahasa Arab di rumah.

Panas matahari membakar dedaunan , udara panas berseling angin kencang, berdebu.
Irfan dengan semangatnya datang kerumahku .
Liburan kali ini dia gunakan untuk mendalami Bahasa Arabnya , ia sadar akan kelemahan dan kekurangnnya . Dan ia harus tetap beristikomah di jalalnnya itu.
Hari berganti minggu minggupun berganti bulan, bulan menjadi tahun, kini genap sudah setahun dia belajar bersamaku.
Iapun mahir dan lancar berbahasa Arab dan mampu memahami buku-buku diktat kuliahnya.
selagi mau berusaha dan bersabar Insya Alloh akan di berikan jalan kemudahan dalam menempuh kesulitan.
irfan pun demikuan dia di beri kemudahan dalam menempuh studinya untuk tahun ini , nasib baikpun menjemputnya dia mendapatkan predikat yang ia cita-citakan.




No comments:

Sign by Dealighted - Coupons and Deals