Thursday, September 18, 2008

dufa

bah
warna anyir menyengat
sampah menggunung tercabik lalat
tulang tersayat,terseok luka luku

darah kental mengalir
ringkikan pilu mengiringi

tolong....
suara itu datang
memecah sunyi dalam jemari
berlari melewati goncangan api

Hai anakku
lemparkan busurmu,
sigapkan tanganmu
pedang kan menjadi musuhmu

alampun menunduk
sang anak berlari
jruji besi mencekik laju dalam
peluh bergulir mengikuti

Saturday, September 13, 2008

Kearifan?

Kepada penyalur aspirasi

Mana bukti janjimu?

Kau memangku segudang tahta

Mampu bersilat lidah di depan massa

Massa menyanjungmu

Kaupun tersipu dan nyasar dalam gulita


Dimana letak kebijakanmu wahai penyandang gelar

Kemampuan berfikirmu sungguh menakjubkan

Namun sayang, kau tak ubahnya keledai yang clingukan

Hatimu tak serapi dan sebagus safarimu yang kau kenakan

“Kantongmu tebal, apa itu?” Oo uang…...


Orang bijak bilang:

“Berkhusnudzon saja lah”

Friday, September 12, 2008

Remuk

Resah, gelisah mengumpul jadi Satu

Harta tahta ku abaikan

Kendatipun banyak orang yang merebutkan.


“Kemana anak ayamku?” Tanya Ratib.

Ayammu takkan kembali, ada orang yang menembaknya kemaren sore, sahut bu sutinah.


Jeruji-jeruji pagar rumah membuncah, ambrol.

Kepala keluarga yang cuek dan tak tahu diri

Kenapa harus seperti ini.


Tak tahu menahu, Dogi. Anjingku yang lucu menjadi bringas memangsa merpatiku.

Oohh… merpatiku. Tidak!!... “Bukankah ini mimpi?”


Gelap.!!!!


Api….api… teriakku

Asap mengepul berbaur melambung ke atas awan sembari api melumat isi rumah

“Kemana ayah, kemana ibu.?”

Apa ini?, tidak…!!! ini mimpiku ini mimpiku

Gelap, gelap. Dimana aku


berjalan terseok mencari cahaya.

Tak dapati cahaya itu.

Menangis sejadinya.


Ngga’ jelas………..!!!!!!!


Monday, September 8, 2008

Kelana

Entah kenapa saat ini aku merasakan diriku yang hancur tiada pasti, aku tak bisa ucapkan walau sepatah katapun dalam jemari ini. dimana rasa yang selama ini terkias dalam jemariku. Aku tak bisakan ukir satu persatu dalam wajah ini. Aku hanya bisa titipkan senyum tuk mewakili semua ini. Dimana antara raga fikiran dan nafsu tak bisa jadikan satu dalam slimutku. Entah apa yang terjadi ini, kenapa aku melihat semuanya seperti layang-layang yang hancur tersayat dalam jeruji dahan. Tapi aku masih bisa tersenym lebar dengan penampakan ini. Sejujurnya aku merasa hidupku tertambat sejuta tanya yang menusuk tiap langkahku. Tapi entah kenapaaku tak pernah merasa terbebani dengan semua itu. Dimana apa yang sering aku lakukan ini. kurasakan sangat berbeda dengan kenyataan yang aku alami. Aku semakin tak bisa rasakan kenikmatan hidup dengan pertemuan ku dengan Dia yang slama ini ku Rindu. aku semakin merasa aku yang memang tidak menginginkan pertemuan ini. karna aku merasa, aku hanya bisa lemah ketika aku mencoba mendatangkanDia disampingku. hatiku kecil ketika dia hadir dalam diriku. sehingga akupun merasa aku tak ingin hanya menjadikan Dia tempatku berteduh, mungkin itu. tks

Sunday, September 7, 2008

Paduan Alam

Kepekaan jiwa yang rusak

Kedalaman relung hati yang tersasak

Angin mendesir dedaunan

Jiwa yang compang-camping berjalan

Anak-anak anjing berlarian kian kemari

ekor kambingpun bergoyang kanan kiri

Luka kemaren sore masih terasa pedih

hati menangis mengemis kasih

Pagi ini menyandang buram

kelam tetaplah kelam

Paduan warna takku kenal

mengumpul jadi satu

Keberadaan-NYA di hati begitu mengental

Sign by Dealighted - Coupons and Deals